Saturday, April 1, 2017

Tubuh Ku Di Guna-guna Oleh Supir Ku Selama Beberapa Bulan


Tubuh Ku Di Guna-guna Oleh Supir Ku Selama Beberapa Bulan

Tidak heran selama aku kuliah dulu di daerah surakarta, banyak teman sekampus ku yang mencoba mendekati, namun hatiku terpaut pada Mas Hendra saja.

Bukan materi yang aku kejar pada dirinya, namun karena sikapnya yang santun padaku. Teman2 bilang aku terlalu pilih2, namun semua itu salah, dan kebetulan Mas Hendra datang ke kostan ku selalu pake BMW kadang mercy milik orang tuanya.

Tapi aku lebih suka jika ia datang dan jemput pake sepeda motor saja. Bukan apa2, di kampungku orangtuaku juga punya mobil seperti itu. Kehidupan sexualku normal dan Mas Hendra pun tau ttg seleraku. Ia amat mengerti kapan kami bisa berhubungan badan dan kapan tidak.

Aku pun tidak mau Mas Hendra terlalu memprosir tenaganya untuk melakukan kewajibannya. Sebagai wanita jawa aku di tuntut untuk menerima dan pasrah saja. Kami tinggal di surakarta dan menempati rumah pemberian orang tua Mas Hendra. Di rumah yang luas dan asri ini, kami tinggal dan ditemani dua orang pembantu suami istri.

Kedua pembantu itu telah lama ikut dengan orang tua Mas Hendra. Umur mereka kira2 65 tahun, yang perempuan bernama Mak Imah dan Pak Bidin. Kami mempercayakan rumah kepada mereka jika kami pergi kerja. Setiap hari aku kekantor kadang di antar Mas Hendra dan kadang aku nyetir sendiri.

Suatu saat aku pulang kantor dan mau kerumah, aku tanpa sengaja menyerempet sebuah sepeda yang di kemudikan oleh seorang pria setengah baya. Pria itu jatuh dan aku karena takut dan kaget, maka aku lari kan saja mobil ku kearah rumah. Sesampai dirumah aku, masukkan mobil dan diam di kamar.

Masih terbayang oleh ku, pria itu jatuh dan memanggil manggil aku untuk berhenti, namun aku tancap gas. Di rumah perasan ku tak tenang dan itu aku diamkan saja dari Mas Hendra.

Setelah kejadian itu besoknya aku minta di antar ke kantor oleh Mas Hendra. hampir tiap malam aku bermimpi bertemu dengan pria yang ku tabrak itu. Sampai2 Mas Hendra heran akan sikap ku yang berubah dingin dan gelisah.

Lalu Mas Hendra menanyakan sebab perubahan sikapku itu. Akupun berterus terang dan Mas Hendra memahaminya. Lalu ia sarankan aku untuk mengambil seorang sopir, untuk mengantarku. Akupun setuju, sebab aku memang trauma sejak saat itu menyetir sendiri.

Beberapa hari kemudian, datanglah sopir yang di cari Mas Hendra itu. Alangkah kagetnya aku, soalnya itu adalah orang yang aku tabrak tempo hari. Ia pun kaget, namun aku berusaha mengatur sikap ku, aku yakin ia pun masih ingat dengan ku saat ku tabrak.

Supaya Mas Hendra tak curiga pada orang yang ku tabrak itu, maka aku setuju saja jika ia jadi sopirku. Aku pikir itung2 balas jasa atas kesalahanku saat itu. Namanya Pak Rojak, umurnya kira2 66 tahun, namun masih kuat dan sehat.

Sejak saat itu aku slalu di antar Pak Rojak kemana aku pergi, baik kekantor atau belanja. Setiap pagi ia telah ada di rumah, dan siap2 membersihkan mobil ku.

Suatu hari saat mengantar aku ke kantor sambil bincang2 Pak Rojak, ia bilang padaku, "Bu.. kalau ndak salah ibu dulu, nabrak saya dengan mobil ini kan?".. tanyanya. Aku terdiam dan Pak Rojak pun berkata, "Ibu,,, kejam dan tidak bertanggung jawab."

Lalu ku jawab, "Maaf pak.. waktu itu memang salah saya,, saya tergesa-gesa saat itu", jawabku. "Alahhhh kalian orang kaya memang begitu.. menganggap orang lain sampah", lanjutnya.

Lalu ku jawab, "Tidak begitu, pak. Saya waktu itu karena takut, pak", kataku lagi. Lalu ia pun diam dan aku pun diam.

Saat itu, hingga sampai di rumah. Sejak kejadian itu sikapnya terhadap ku jadi lain dan aku tidak ambil pusing. Aneh memang kenapa sejak saat Pak Rojak bertanya kepadaku saat itu, aku merasakan adanya sensasi tersendiri dalam hatiku saat menatap matanya.

Perasaanku kepada Pak Rojak serasa ingin terus bersama dengannya. Jika ia pulang sore harinya, aku merasa ada yang hilang dalam hidup ku. Dan pagi jika ia datang untuk mengantar ku rasa itu jadi senang dan seperti kasmaran. Perasanku kepada Mas Hendra biasa saja.

Jumat sore, saat ia menjemput ku, entah kenapa aku minta Pak Rojak untuk mampir dulu untuk singgah di sebuah restoran. Disitu aku mengambil tempat agak kesudut dan suasananya amat romantis. Pak Rojak kuajak makan. kami duduk berhadap hadapan, ia pandangi terus mata ku. Akupun demikian seperti aku memandang Mas Hendra.

Tanpa ada kata2, ia genggam jemari ku saat itu, aku merasa tenang seperti gadis remaja dengan pasangannya. Pak Rojak lalu meraih tangan ku dan menciumnya. Baru kali ini, tanganku di pegang orang selain suami ku dan ada rasa hangat yang mengalir di sekujur tubuhku.

Beberapa saat kami menikmati suasana yang tak aku hendaki itu terjadi. Setelah itu kami keluar dari restoran itu dan menuju ke mobil. Dalam mobil ku itu, aku terdiam dan bingung akan kejadian barusan, otak ku tidak berjalan sebagai mana mestinya, soalnya aku bermesraan dengan sopir ku yang tidak sepadan dengan ku dan ia dengan bebasnya meraih dan memegang tanganku.

Dalam sebelum mobil berjalan, Pak Rojak menoleh kearah ku dan kembali meraih jemari ku dan lalu ia rangkuh tubuh ku dan tiba2 mengecup bibirku. Aku kembali seperti orang linglung.


Sesampai di rumah aku terus terbayang sensasi kejadian tadi sore itu. Alang kah kurang ajarnya sopir ku itu, bisik hati ku. Malam harinya, dengan separuh hati, aku layani suami ku dengan apa adanya.

Tidak ada lagi rasa nikmat yang aku rasakan saat Mas Hendra mencumbu ku dan mensebadani ku. Hati ku slalu terbayang wajah Pak Rojak. Kalau pikiran ku sehat saat itu, aku berpikir apa istimewanya Pak Rojak? Tidak ada sama sekali.

Tapi aku slalu terbayang wajahnya, sampai2 saat suami ku saat berada di atas tubuh ku saat bercinta, aku kira Pak Rojak yang di atas tubuh ku, tapi untungl ah aku masih bisa mengusai diri.

Besoknya aku seperti biasa di antar olehnya dan ia semakin berani lagi dengan meraba paha dan dadaku, tangannya aku tepiskan, namun ia hanya senyum.

Setiap hari, matanya tidak luput memandang ku dari ujung rambut sampai kaki. Entah kenapa setiap hari, ada2 saja yang ia pegang dari tubuhku, kadang dadaku, paha, kadang ia cium bibirku. Namun aku anehnya aku juga tidak memberontak.

Suatu ketika saat pulang kantor, ia tidak mengarahkan mobil ke rumah tapi kerumahnya di kawasan kartosuro.

Disana, suasananya sepi dan jarang ada rumah penduduk. Entah kenapa aku, mau saja di ajak turun dan masuk ke rumahnya, yang di kelilingi pohon2 besar. Rumahnya terbuat dari kayu dan beratap genteng yang telah tua.

Dalam rumah itu hanya ada dipan beralaskan tikar dan sebuah bantal. Lalu Pak Rojak menutup pintu rumah itu dan menyilahkan aku duduk di pinggiran dipan itu. Kalau di lihat, gubuknya seperti rumah dukun dan di dindingnya ada semacam tulang2 dan bau menyan.

Pak Rojak ke belakang dan tidak lama kemudian muncul dan duduk di sampingku.

"Bu, beginilah keadaan saya," katanya. "oooo.. tidak apa lah, pak" jawab ku.

Lalu tiba2 saja ia lingkar kan tangannya di bahu ku. Aku merasa tidak enak.

"Bu, saya ingin merasakan kehangatan tubuh ibu," katanya.

"Dulunya istri saya masih hidup jika tidak ibu tabrak saya saat itu, saya masih bisa menolongnya, namun ibu, membuat saya terlambat dan istri saya mati," terangnya.
"Sekarang ibu lah yang harus menggantikannya," lanjutnya lagi.

 Aku diam saja saat itu  karena pikiran ku sudah kosong dan dalam diri ku ada semacam gairah yang menghentak untuk di tuntaskan dan lepaskan.

Setelah berkata begitu, satu persatu pakainanku jatuh ke lantai dan setiap inci tubuh ku, ia raih dan remah hingga aku tidak berpenutup lagi.

Aku pun ia baringkan di dipan kayu itu, lalu ia buka pakaiannya hingga, sama2 bugil dengan ku. Saat itu aku sebelumnya hanya berpakaian kantor. Lalu ia raih inci demi inci setiap rongga di tubuhku.

Dan akhirnya ia hujamkan kejantanannya kekemaluan ku berkali kali, hingga derit dipan itu terdengar. Aku hanya mendengus dan merasa terus di jadikan kuda pacu.

Tubuh mulus ku di jamah Pak Rojak berulang-ulang, hingga akhirnya ia pancarkan cairan hangat itu di dalam kemaluan ku, ada rasa hangat dan tegang saat ia sampai klimaks.

Tanpa ku sadari saat itu tubuhku sudah penuh dengan keringat dan bercampur dengan keringat Pak Rojak. Aku mersakan perih dan nyilu pada selangkangan ku karena kejantanan Pak Rojak panjang dan besar dari Mas Hendra.

Hampir seluruh kulit tubuh ku merah2 dan putingku serasa panas akibat gigitan Pak Rojak. Beberapa saat kemudian aku di suruh berpakaian dan berbenah seperti biasa lagi.

Lalu aku pulang di antarkanya dengan mobil ku. Dalam mobil aku merasa sesal telah mengkhianati Mas Hendra, namun apa dayaku, sebab Pak Rojak amat berkuasa terhadap tubuh ku, hingga ia berhasil menelanjangi dan menyetubuhi ku.


Sejak saat itu, bila ada waktu saat aku pulang kantor, Pak Rojak slalu menyetubuhiku dan kadang jika suamiku ke jakarta, ia dengan seenaknya tidur di rumahku dan kami pun bercinta di atas ranjang ku dan Mas Hendra.

Setiap ia menggauli ku, aku slalu merasakan puas dan pegal2 pada selangkangannku. Para pembantuku tidak curiga atas tindakan kami itu.

Pak Rojak pun tampaknya bisa menutup mulut kedua pembantuku. Hampir selama 6 bulan aku menjadi bulan2an nafsu Pak Rojak. Namun aku sedikit tenang karena aku
 tidak akan hamil karena sudah memasang spiral.

Dan itu aku sadari, karena hampir setiap berhubungan sex dengan Pak Rojak, ia slalu mengeluarkan air maninya dalam rahimku. Dan memang aku sempat mencium bau tidak enak saat ia berada diatas tubuhku.

Bau keringatnya amat busuk, namun aku slalu mengganti sprei ranjang ku setiap ia meniduri ku, sebab bau keringatnya akan tinggal di kain sprei itu. kamar pun aku semprot dengan wewangian dan AC-nya slalu menyala.

Dan setelah sekian lama, tau dari seorang teman, baru lah aku mengetahui bahwa Pak Rojak adalah seorang dukun dan aku telah di guna-gunai nya.

Atas saran dan bantuan seorang orang pintar di tempat rekan kerja ku itu, kini aku telah terbebas dari guna-guna Pak Rojak. Ia pun langsung aku pecat dan ia sempat mengancamku, akan membongkar hubungan sex ku dengannya kepada suamiku.

Akan tetapi tetap saja, untung saja dia tidak memiliki bukti apapun dan tidak bisa mengganggu kehidupan ku lagi.